Makna lafaz "surat" masih diperselisihkan, dari kata apakah ia berakar. Suatu pendapat mengatakan bahwa "surat" berasal dari penjelasan (bayan) dan kedudukan yang tinggi, seperti pengertian yang terkandung di dalam perkataan penyair An-Nabigah berikut ini: أَلَمْ تَرَ أنَّ اللَّهَ أعطاكَ سورَةً ... تَرَى كُلَّ مَلْكٍ دُونها يَتَذَبْذَبُ Tidakkah kamu melihat bahwa Allah telah memberimu penjelasan/kedudukan yang tinggi kamu melihat semua raja merasa bingung menghadapinya. Seakan-akan melalui "surat" tersebut si pembaca berpindah dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lain. Menurut suatu pendapat, dikatakan "surat" karena kehormatan dan ketinggiannya sama seperti tembok-tembok pembatas negeri. Menurut pendapat yang lain, dinamakan "surat" karena merupakan sepotong dari Al-Qur'an dan bagian darinya, diambil dari kata asarul ina ( أَسْآرِ الْإِنَاءِ ) yang artinya "sisa air minum yang ada pada wadahnya". Dengan demikian,